A.
Pengertian Yadnya
Kata yadnya
berasal dari Bahasa Sansekerta, dari urat kata kerja “Yaj” yang berarti memuja
atau mempersembahkan atau memberi pengorbanan. Jadi kata yadnya itu sendiri
berarti korban, persembahan atau korban suci.
Adapun sumber-sumber
sastra agama Hindu yang dapat dijadikan acuan dalam menyimak pengertian Yadnya
tersebut antara lain dalam kitab Bhagawadgita Bab III sloka 10 menyebutkan :
“Sahayajnah
prajah srishtva
puro ‘vacha
prajapatih
anana prasavishya
dhvam
asha vo ‘stv
‘shta kamadhuk”.
Artinya :
Pada
jaman dahulu kala Prajapati menciptakan manusia dengan yadnya dan beliau
bersabda. Dengan ini engkau akan berkembang biak dan menjadi kamadhuk dari keinginanmu.
Dalam Bhagawadgita Bab III sloka 14 juga
disebutkan :
“Annad
bhavanti bhutani
prajayad
annasambhavah
yajnad
bhavati parjanyo
yajnah karma
samudbhavah”.
Artinya :
Karena makanan, makhluk hidup,
Karena hujan, makanan tumbuh,
Karena persembahan, hujan turun,
Dan persembahan lahir karena kerja.
Dengan demikian
jelaslah bahwa pengertin yadnya itu sendiri tidak saja sebatas pada upacara
semata berupa persembahan sesajen saja, namun jauh lebih luas dari itu yaitu segala bentuk pemujaan, persembahan
atau korban suci baik berupa material maupun spiritual yang timbul dari jiwa
suci dan semangat berkorbn demi untuk tujuan mulia dan luhur.
B.
Jenis-jenis Yadnya
Sesuai dengan maksud dan tujuan yadnya itu
sendiri dapat dibagi menjadi lima macam yang sering disebut dengan Panca
Yadnya. Panca yadnya itu sendiri berarti lima macam korban atau persembahan.
Panca Yadnya ini timbul akibat dari hutang (Rna) manusia sejak lahir. Hutang
tersebut terdiri dari 3 (tiga) macam, yaitu :
1. Dewa Rna adalah hutang jiwa kepada Sang Hyang
Widhi Wasa.
2. Pitra Rna adalah hutang jasa kepada leluhur
dan orang tua.
3. Rsi Rna adalah hutang pengetahuan kepada para
Rsi.
Adapun bagian-bagian dari Panca Yadnya
tersebut adalah :
1. Dewa Yadnya
2. Pitra Yadnya
3. Rsi Yadnya
4. Manusa Yadnya
5. Bhuta Yadnya.
Penjelasan dari
masing-masing bagian Panca Yadnya adalah :
1. Dewa Yadnya adalah persembahan atau korban
suci yang tulus ikhlas kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa beserta
manifestasinya. Pelaksanaan Dewa Yadnya ditimbulkan oleh adanya Dewa Rna yaitu
Hutang jiwa kepada Tuhan dan para Dewa. Dewa Yadnya yang sering dilakukan
setiap hari disebut Nitya Karma.
Nitya Karma
sendiri atau Yadnya ini dalam bentuk yadnya sesa yaitu : setelah selesai
menanak nasi sebelum disantap dipersembahkan kepada : Bhatara-bhatara di
merajan, Hyang Brahma di Pewaregan (dapur), Hyang Wisnu di sumur atau tempat
air, Hyang Siwa Raditya di atap rumah, Hyang Pratiwi di halaman rumah, kepada
Penunggu Karang di Tuggu (jero gede), di lesung, ditalenan, dicubek pengulekan
bumbu, sapu dan lain sebagainya. Aplikasi dari Yadnya cara ini, umat hindu
dilatih untuk mementingkan kepentingan orang lain atau umum terlebih dahulu
dari kepentingan diri sendiri.
Selain Nitya
Karma ada Juga Naimitika karma yaitu Dewa Yadnya yang dilakukan pada hari-hari
tertentu, berdasarkan desa, kala, patra antara lain pelaksanaanya pada hari
raya Hindu pada saat puja wali. Naimitika karma
yang lain misalnya, dijalankan karena adanya peristiwa yang dipandang
perlu untuk dlaksanakan yadnya, misalnya kelahiran bayi, melaspas dan
sebagainya.
2. Pitra yadnya adalah korban suci yang tulus
ikhlas ditunjukkan kepada para pitara dan roh-roh suci leluhur yang sudah
meninggal. Pitra yadnya juga berarti pengormatan dan perawatan yang baik dan
benar kepada orang tua serta memperlakukan orang tua dengan kasih sayang.
Pelaksaan Pitra Yadnya ditimbulkan oleh adanya Pitra rna yaitu hutang jasa
kepada para leluhur dan orang tua.
Dalam kitab Sarasamucaya diungkapkan
bahwa seorang anak mempunyai tiga hutang terhadap orang tuanya antara lain
sebagai berikut :
1.
Sarira krea yaitu hutang badan.
2.
Anadata yaitu hutang budi
3.
Pranadata yaitu hutang jiwa
Tingkat Pitra
Yadnya adalah :
1. Sawa prateka, adalah usaha penyelenggaraan
sawa (jenasah) agar dapat kembali pada panca maha butha. Hal ini dapat
dilakukan dengan cara mengkebumikan atau dibakar dengan proses lebih lanjut.
2. Sawa wedana adalah kelanjutan dari upacara
pembakaran yaitu abunya dihanyutkan kelaut.
3. Swasta adalah upacara pembakaran mayat yang
mayatnya tidak ditemukan.
4. Atma wedana upacara pengembalian atma dari
alam pitara di alam Hyang Widhi.
Contoh pelaksanaan Rsi Yadnya, sehari-hari
atau nitya Karma kepada oranng tua adalah dengan :
a. Mematuhi nasihat serta perintahnya.
b. Meringankan beban orang tua dan secara sadar
membantu pekerjaannya
c. Hormat dan bhakti kepada orang tua.
d. Berperilaku
hati orang tua.
Contoh pelaksaan Pitra yadnya pada hari-hari
tertentu atau Naimitika Karma adalah pada saat orang tua meninggal. Kewajiban
seorang anak untuk membayar hutang kepada orang tuanya pada saat meninggal
dengan :
a. Upacara penguburan jenasahnya sesuai dengan
desa, kala, dan patra.
b. Upacara ngaben yaitu membakar jenasahnya untuk
mempercepat kembalinya unsur Panca Maha Butha kesumber asalnya.
c. Mengormati jasa para pahlawan bangsa dengan
cara upacara peringatan hari Pahlawan. Atas jasa perjuangan dalam membela
Bangsa dan Negara dari penjajahan sehingga negara yang kita cintai ini merdeka.
3. Rsi Yadnya adalah korban suci atau persembahan
yang tulus ikhlas kepada para Rsi, pendeta, guru, dan orang-orang bijaksana
yang patut dipercaya karena kesucian jiwanya.
Contoh :
Pelaksanaan Rsi Yadnya yang dilakukan
sehari-hari atau Nitya Karma :
a. Menaati dan mengamalkan ajarannya.
b. Menghaturkan punia atau sumbangan dengan
ikhlas kepada sulinggih.
c. Melakukan pelayanan kesehatan yang didasari
rasa kasih sayang kepada sulinggih.
d. Membangun dan memelihara tempat tingggal atau
asrama bagi sulinggih serta tempat suci atau pura-pura peninggalannya.
Sedangkan pelaksanaan Rsi Yadnya yang
dilakukan pada hari-hari tertentu atau Naimitika Yadnya adalah :
a. Mewinten yaitu upacara penyucian bagi calon kerohanian
atau pelayanan keagamaan.
b. Ekajati yaitu upacara penyucian bagi calon
pemangku atau pinandita agar mempunyai kewenanangan untuk ngantebang banten
atau memimpin upacara tingkat tertentu.
c. Madiksa atau Madwijati yaitu upacara penobatan
seorang calon sulinggih menjadi sulinggih (pendeta/pedanda) yang mempunyai
kewenangan muput atau memimpin upacara yang tingkatannya lebih besar.
Dwijati artinya lahir dua kali bagi calon
sulinggih. Kelahiran pertama adalah lahir dari ibu kandungnya (kelahiran
manusiawi) dan yang kedua adalah lahir dari ilmu pengetahuan kerohanian dari
seorang “Guru Naba”.
Bagi orang kebanyakan yaitu umat sedharma, pelaksanaan Rsi Yadnya adalah dengan menyebarluaskan ajaran dharma, memberi contoh pelaksanaan agama secara nyata dalam kehidpan sehari-hari, melakukan pelayanan dengan cinta kasih kepada sesama manusia dari makhluk hidup lainnya. Hal ini sangat penting dihayati sehingga terjalin hubungan yang harmonis antar umat beragama, pemerintah dan lingkungan ditempat kita berada.
Bagi orang kebanyakan yaitu umat sedharma, pelaksanaan Rsi Yadnya adalah dengan menyebarluaskan ajaran dharma, memberi contoh pelaksanaan agama secara nyata dalam kehidpan sehari-hari, melakukan pelayanan dengan cinta kasih kepada sesama manusia dari makhluk hidup lainnya. Hal ini sangat penting dihayati sehingga terjalin hubungan yang harmonis antar umat beragama, pemerintah dan lingkungan ditempat kita berada.
4. Manusa Yadnya adalah korban suci yang tulus
ikhlas kepada manusia untuk keselamatan dan kesejahteraan manusia itu sendiri,
baik keturunan, dirinya sendiri, dan orang lain. Dengan Manusa Yadnya orang
memohon kesucian lahir batin kehadapan Tuhan dan manifestasinya. Dapat
meningkatkan kualitas hidup menjadi lebih baik dan benar dari sejak berada
didalam kandungan hingga kehidupan seterusnya.
Contoh pelaksanaan Manusa Yadnya yang
dilakukan sehari-hari atau Nitya Karma antara lain :
a. Melaksanakan tugas dan kewajiban sehari-hari
dengan tulus ikhlas, semangat dan penuh kesadaran.
b. Mensyukuri keberadaan diri sendiri, keluarga
dan orang lain.
c. Rela berkorban dan suka mengalah untuk
kebaikan bersama.
d. Hidup hemat dan sederhana tidak banyak
menuntut.
e. Suka melayani orang dengan cinta kasih.
f.
Sopan dalam
tingkah laku dan santun dalam bertutur kata.
g. Suka menolong orang yang memerlukan
pertolongan.
h. Berdana punia untuk kemanusiaan dan kegiatan
sosial lainnya.
Contoh pelaksanaan manusa yadnya yang
dilakukan sewaktu-waktu atau Naimitika Karma antara lain :
a. Magedong-gedongan yaitu upacara bayi yang
masih dalam kandungan.
b. Dapetan yaitu upacara bayi baru lahir.
c. Tutug kambuhan yaitu upacara anak pada umur 42
hari.
d. Nelubulanin yaitu upacara anak berumur 3 bulan
atau 105 hari.
e. Ngotonin yaitu upacara anak yang telah berumur
6 bulan atau 210 hari.
f.
Ngeraja singa
yaitu upacara orang laki menginjak dewasa dan ngeraja sewala yaitu upacara
orang perempuan yang telah menginjak dewasa.
g. Potong gigi (metatah/mepandes) yaitu upacara
pada saat orang sudah benar-benar dewasa.
h. Pawiwahan yaitu upacara perkawinan.
5. Butha Yadnya adalah korban suci yang tulus
ikhlas ditunjukkan kepada makhluk bawahan, baik yang kelihatan maupun tidak
kelihatan. Adapun maksud upacara Bhuta Yadnya dilaksanakan adalah untuk menjaga
dan memelihara keseimbangan, ketentraman dan kesejahteraan alam semesta ini.
Pelaksanaan dapat dilakukan dengan dua cara
yaitu :
1. Ditunjukkan kepada makhluk bawahan, seperti
binatang, hewan peliharaan dan tumbuh-tumbuhan.
2. Ditunjukkan kepda makhluk bawahan yang tidak
kelihatan, seperti roh-roh halus yang biasa disebut Butha Kala dan
kekuatan-keuatan alam lainnya.
Contoh
pelaksanaan Butha Yadnya pada setiap hari atau Nitya Karma, antara lain :
a. Mesaiban atau banten jotan yang dilakukan
setiap habis memasak, istilah lainnya adalah Yadnya Sesa.
b. Mesegeh setiap rerainan ditunjukkan kepada
Butha Kala.
c. Memelihara binatang atau hewan peliharaan
dengan baik.
d. Memanfaatkan waktu dan mmengendalikan diri
atau emosi secara arif bijaksana.
Contoh pelaksanaan Butha Yadnya pada hari-hari
tertentu atau Naimitika Yadnya adalah :
a. Melaksanakan upacara pecaruan sesuai dengan
tingkatan, maksud dan tujuannya. Tingkatan caru ada beberapa antara lain :
1. Eka Sata yaitu caru dengan menggunakan seekor
ayam brumbun.
2. Panca Sata yaitu caru dengan menggunakan lima
ekor ayam yang diesuaikan dengan arah mata angin atau pengider-ider yaitu :
-
Ayam putih tulus
letaknya di arah timur.
-
Ayam biing
(merah) letaknya di arah selatan.
-
Ayam putih
siungan letaknya di arah barat.
-
Ayam selem (hitam)
letaknya di arah utara.
-
Ayam brumbun
letaknya di arah tengah.
3. Panca Kelud yaitu caru yang menggunakan lima
ekor ayam ditambah seekor itik belang kalung dan seekor asu blang bungkem.
4. Resi Gana yaitu caru dengan menggunakan lima
ekor ayam dan seekor itik putih jambul.
5. Tawur agung yaitu sehari menjelang Hari Raya
Nyepi atai Tileming kesanga.
6. Panca Wali Krama yaitu dilakukan sepuluh tahun
sekali, pelaksanaannya di Pura Besakih.
7. Eka Dasa Ludra yaitu dilakukan setiap 100
tahun sekali, pelaksanaannya di Pura Besakih.
b. Melaksanakan kegiatan-kegiatan yang
berhubungan dengan kehidupan makhluk lainnya seperti binatang atau hewan
peliharaan dan tumbuh-tumbuhan, misalnya :
-
Pada hari Tumpek
Kandang, untuk binatang peliharaan, seprti babi, sapi dan kerbau.
-
Pada hari Sabtu
Kliwon Wuku Wariga yang disebut Tumpek Uduh atau Tumpek Pengatag yaitu upacara
untuk tumbuh-tumbuhan, seperti pohon kelapa, jambu, mangga, dan lain
sebagainya.
c.
Bentuk-bentuk yadnya
Bila diamati
secara cermat dari sekian banyak bentuk-bentuk yadnya tersebut, maka dapat
dibedakan menjadi beberapa macam yaitu :
1. Berbentuk upakara atau banten sebagai
perwujudan tuhan dengan segala prabawanya. Di dalam upakara tersebut sudah
terkandung juga Puja Stawa dan doa permohonan. Bentuk upakara atau banten tersebut
dibedakan pula menjadi beberapa macam yaitu :
a. Berbentuk niyasa atau simbol perwujudan Tuhan
dengan segala manifestasinya.
b. Berbentuk persembahan, sebagai wujud
terimakasih kepada tuhan atas seegala anugerahnya.
c. Berbentuk hiasan, sebagai wujud seni budaya
atau keindahan dalam menambah keseimbangan kreatifitas agar suasana indah
menyenangkan.
2. Berbentuk karma atau persembahan perilaku
sebagai wujud sradha dan bhakti terhadap Tuhan dan segala wujudnya.
Bentuk yadnya berupa karma atau persembahan
perilaku yang banyak sekali macamnya, misalnya mengamalkan nilai-nilai agama
dan kemanusiaan dalam kehidupan sehari-hari seperti :
a. Nilai kebenaran yang meliputi :
-
Bijaksana dalam
artian dapat menimbang dan memilih mana yang baik dan buruk, serta mana yang
salah dan benar.
-
Jujur dan dapat
dipercaya.
-
Mengenal diri
sendiri dan mawas sendiri.
-
Haus pengetahuan.
b. Nilai kebajikan yang meliputi :
-
Bertingkah laku
yang baik dan benar.
-
Melaksnakan tugas
dan kewajiban sesuai dengan swadharma kita masing-masing secara tulus ikhlas.
-
Suka menolong dan
membantu orang yang memerlukan pertolongan.
-
Rajin dan tekun
dalam menunaikan tugas, pelayanan, serta bertanggung jawab.
-
Memberi dharma
wacana dan nasehat.
-
Hemat dan
sederhana.
c. Nilai kasih sayang yang meliputi :
-
Penuh perhatian
dan belas kasihan.
-
Mudah bersahabat
dan suka memaafkan.
-
Santun dan lemah
lembut dalam bertutur kata.
-
Menerima
kenyataan apa adanya.
-
Memberi dan
melupakan.
-
Rendah hati.
d. Nilai kedamaian yang meliputi :
-
Membatasi
keinginan, mengendalikan emosi.
-
Mensyukuri apapun
yang terjadi.
-
Berpenampilan
tenang dan bersahaja.
-
Tabah, sabar dan
tawakal.
-
Percaya diri dan
oftimis.
e. Nilai tanpa kekerasan yang meliputi :
-
Tidak menyakiti
sesama makhluk hidup.
-
Menghormati
perbedaan sebagai satu kesatuan dalam menjalin persatuan.
-
Menjaga situasi
aman dan tentram.
-
Tidak memaksakan
kehendak.
-
Adalah rela mengalah demi kebenaran.
d.
Tujuan Yadnya
Setelah memahami
pengertian, jenis dan bentuk yadnya kiranya belum lengkap bila tidak mengetahui
tujuan yadnya secara jelas. Secara ringkas tujuan yadnya adalah sebagai berikut
:
1. Untuk membayar hutang kepada Tuhan (Dewa),
pitara dan para rsi, sehingga mencapai
kebebasan dan keselamatan.
2. Sebagai ungkapan rasa terimakasih atas karunia
yang dilimpahkan Tuhan dengan segala manifestasinya untuk kelangsungan hidup
ini.
3. Untuk membebaskan diri dari ikatan dosa. Selama hidup di dunia ini manusia tidak luput dari dosa dan kesalahan,
baik sengaja maupun tidak sengaja.
4. Untuk menghubungkan diri dengan Tuhan dan
manifestasinya, sehingga mencapai kebebasan yaitu menunggal dengan tuhan
sebagai tujuan akhir hidup manusia,
5. Untuk menyucikan lahir dan bhatin manusia itu
sendiri dari segala kekotoran, pikiran, perkataan, dan perbuatan. Demikian pula
untuk menyucikan atau menetralisir alam semesta dengan segala isinya, sehingga
tercapai tujuan hidup yaitu ‘Moksartham Jagadhita ya ca iti Dharma” atau
tercapainya kesejahteraan di dunia ini dan kebahagiaan di akhirat.
6. Untuk menjalin hubungan yang harmonis antara
manusia dengan Tuhan, antara manusia dengan manusiadan manusia dengan alam
lingkungan sekitarnya
Oleh karena itu pentingnya tujuan yadnya
tersebut, maka setiap umat hindu berkewajiban melaksanakan yadnya dengan tulus
ikhlas dan berkesinambungan, hal penting lainnya yang harus dipahami oleh umat
hindu di manapun berada dalam beryadnya adalah berpedoman pada sastra agama
Hindu. Pelaksanaan yadnya agar disesuaikan dengan desa (tempat), kala (waktu)
dan patra (keadaan dan kemampuan)
Kesimpulan
Yadnya adalah pemujaan, persembahan
atau korban suci yang dilandasi oleh hati yang tulus ikhlas. Yadnya dalam
pengertian lebih luas tidak saja saja sebatas pad segala bentuk pemujaan
upacara, semata berupa persembahan sesajen, namun jauh lebih dari pada itu
yaitu segala bentuk pemujaan, persembahan atau korban suci, baik berupa
material maupun spiritual yang timbul dari jiwa suci dan semangat berkorban
demi untuk tujuan mulia dan luhur.
Dalam pengertian upacara persembahan,
yadnya dapat dibagi menjadi lima macam yaitu Dewa Yadnya, Pitra yadnya, Rsi
Yadnya, dan Butha Yadnya. Panca yadnya ini timbul akibat dari adanya hutang
(Rna) manusia sejak lahir. Hutang tersebut terdiri dari tiga macam yaitu Dewa Rna, Pitra Rna, dan Rsi Rna.
Dinilai dari jenis dan betuk yadnya tentu mempunyai tujuan. Tujuan yadnya itu
adalah untuk membayar hutang, ungkapan rasa terima kasih, membebaskan diri dari
dosa, menghubungkan diri dengan tuhan, menyucikan lahir batin dan alam semesta
serta menjalin hubungan yang harmonis antara manusia dengan Tuhan, manusia
dengan manusia, dan manusia dengan alam lingkungannya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ananda Kusuma,
Sri Reshi. 1979.
2. Arbawa Tanjung
Mas, NT, SE, MBA, MM, Ph. D. 1998.
3. Bajrayasa, BA,
I Gede. 1981.
4. Mantra Prof.
Dr. IB. 1984/1989.
5. Mas Putra, IG.
Ag. 1982.
6. Netra, Drs.
A.A. Gede Oka. 1984.
7. Pudja. G. MA,
SH. 1981.
8. Pudja. G. MA,
SH. 1981.
9. Pudja. G. MA,
SH
10. Punyatmadja.
Drs. IB. Oka
11. Sudharma, Drs.
IB. Agung
|
: Pergolakan Hindu Dharma I & II
:
Canang Sari Agama Hindu (Bagian I)
:
Acara (Sadacara)
:
Bhagawadgita, Pemda Tk I Bali
:
Upakara – yadnya
:
Tuntunan Dasar Agama Hindu
:
Bhagawadgita
:
Sradha
:
Pelajaran Agama Hindu
:
Panca Sradha PHD Pusat Denpasar
:
Indik Kasulinggihan (Makalah)
|
1 komentar:
Suksema..bacaan yg sangat bermanfaat untuk umat hindu sedarma..
Posting Komentar