Minggu, 16 Desember 2012

SINTAKSIS



1.1  LATAR BELAKANG
Banyak permasalahan yang ada dalam mendalami penguasaan sintaksis dan hakikatnya. Perlu pendalaman dan banyak mempraktekan dalam dunia kebahasaan. Karena ilmu sintaksis sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari. Masih banyak orang yang belum mengetahui dan belum paham tentang makna dan hakikat sintaksis. Padahal, penggunaanya begitu dekat dengan  masyarakat Indonesia. Yaitu berkisar tentang kalimat bahasa Indonesia yang digunakan sebagai alat komunikasi sehari-hari. Sebenarnya apa yang dimaksud dengan sintaksis itu? Sintaksis merupakan ilmu yang mempelajari tentang tatabahasa. Sintaksis juga dapat dikatakan tatabahasa yang membahas hubungan antarkata dalam tuturan.  Sintaksis secara etimologis berarti menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata, kelompok kata men
jadi kalimat. Menurut istilah sintaksis dapat mendefinisikan : bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk kalimat, klausa, dan frasa. Sintaksis itu mempelajari hubungan gramatikal di luar batas kata, tetapi di dalam satuan yang kita sebut kalimat . Istilah sintaksis ialah bagian atau cabang dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk wacana, kalimat, klausa, dan frase. Didalam kajian sintaksis mencakup kajian-kajian tentang frasa, klausa dan kalimat. Fungsi sintaksis sendiri adalah berupa subjek, predikat, objek, keterangan dan pelengkap. Dalam makalah ini kesemuanya akan dikaji dan dijelaskan lebih rinci. Sehingga, pembaca dapat mengetahui secara lebih mendetail hakikat sintaksis
1.2  RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan  latar belakang di atas dapat dirumuskan beberapa masalah yang penting untuk dikaji yaitu:
1.1 Bagaimana pengertian Sintaksis  menurut para pakar?
1.2 Apa kaitan ilmu sintaksis dengan ilmu bahasa?
1.3 Konsep - konsep dasar dalam sintaksis?
1.4 Bagian – bagian dari sintaksis?


1
1.3  TUJUAN  PENULISAN
1.1  Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan dari penelitian ini adalah
1.2  Untuk mengetahui pengertian sintaksis secara luas menurut para pakar
            1.3  Untuk mengetahui bagian - bagian dari sintaksis
            1.4  Konsep– konsep apa saja yang terkandung dalam sintaksis
 1.5 Kaitan sintaksis dengan ilmu lain


2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sintaksis
Pengertian Secara Etimologi
                    Kata sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu sun yang berarti ’dengan’ dan kata tattein yang berarti ’menempatkan’. Jadi, secara etimologi berarti: menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat. Selain dari bahasa Yunani, sintaksis juga berasal dari bahasa Belanda yaitu syntaxis. Sintaksis juga berasal dari bahasa Inggris yaitu syntax. Istilah sintaksis (Belanda, Syntaxis) ialah bagian atau cabang dari ilmu bahasa yang membicarakan tentang seluk beluk  wacana , kaliamat, prase dan klausa.
 Pengertian Sintaksis dari Berbagai Ahli,
a.       Menurut Gleason (1955) “Syntax maybe roughly defined as the principles of arrangement of the construction (word) into large constructions of various kinds.” Artinya adalah sintaksis mungkin dikaitkan dari definisi prinsip aransemen konstruksi (kata) ke dalam konstruksi besar dari bermacam-macam variasi.
b.      Robert (1964:1) yang berpendapat bahawa sintaksis adalah bidang tata bahasa yang menelaah hubungan kata-kata dalam kalimat dan cara-cara menyusun kata-kata.Verhaar  mengatakan bahwa sintaksis  adalah terdiri dari susunan subjek (s) predikat(p) objek (o) dan keterangan yang merupakan  tempat – tempat kosong yang tidak mempunyai arti apa – apa.
c.       Prof.Drs.M.Ramlan mengatakan bahwa sintaksis merupakan cabang ilmu bahasa (linguistik) yang membicarakan seluk beluk wacana, kalimat, klausa, dan frasa.
d.      Prof.Dr.Suparman Herusantosa mengatakan bahwa sintaksis merupakan studi tentang hubungan antara kata yang satu dengan kata yang lain.

2.2  Hubungan Sintaksis dengan Ilmu Lain
Selain itu  pengertian Sintaksis  adalah bagian atau cabang dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk wacana.
Dalam pelajaran Linguistik terdapat bagian ilmu yang mempelajari tata bahasa (fonologi), tata
3
kata (morfologi, tata kalimat (sintaksis), tata arti (semantic) asal-usul kata (etimoligi). Dalam
 pelajaran tata bahasa tradisional, masih mempelajari mengenai arti, selain mempelajari fungsi dan strukturnya. Jadi, ilmu bahasa itu seperti :
Fonologi(tata bunyi),
Morfologi (tata kata),
Sintaksis (tata kalimat),
Semantik (tata arti kata),  Etimologi (asal usul kata)
Pelajaran megenai kalimat, dapat dilihat dari arti dan fungsinya. Apabila mempelajari tata
kalimat berdasarkan pada artinya, maka akan di temukan beberapa istilah. Seperti, macam-
macam kalimat yaitu terdiri dari
a Kalimat Berita
b.Kalimat pertanyaan
c. Kalimat perintah
d. Kalimat seru
Keterangan mengenai kalimat berita, kalimat pertanyaan, kalimat seru dan kalimat perintah, ke empat kalimat ini dilihat dari tujuan pelajaran mengenai kalimat.

2.3 Konsep – Konsep Dasar Sintaksis
a. Konstruksi sintaksis
Secara umum struktur sintaksis itu terdiri dari susunan subjek (S), predikat (P), objek (O), dan keterangan (K). Susunan fungsi sintaksis tidak selalu berurutan S, P, O dan K. Keempat fungsi ini tidak harus ada dalam setiap struktur sintaksis.Namun banyak pakar yang menyatakan bahwa suatu struktur sintaksis minimal harus memiliki fungsi Subjek dan fungsi Predikat.
Adapula pendapat lain yang menyatakan bahwa hadir tidaknya suatu fungsi sintaksis tergantung pada konteksnya. Umpamanya dalam kalimat jawaban, kalimat perintah, dan kalimat seruan. Maka yang muncul hanyalah fungsi yang menyatakan jawaban, perintah, atau seruan itu. Para ahli tata bahasa tradisional berpendapat bahwa fungsi Subyek harus diisi oleh kategori nomina, fungsi Predikat oleh kategori verba, fungsi Obyek oleh kategori nomina., dan fungsi Keterangan oleh kategori adverbia. Alat sintaksis di dalam bahasa di tulis tidak dapat digambarkan secara akurat dan teliti yang akibatnya seringkali menimbulkan kesalah pahaman adalah intonasi.
4
Perbedaan modus kalimat bahasa Indonesia tampaknya lebih ditentukan oleh intonasinya daripada komponen segmentalnya. Kelompok kata atau frase dalam bahasa Indonesia batasnya juga sering ditandai dengan tekanan pada kata terakhir. Alat sintaksis konektor yang biasanya berupa sebuah morfem atau gabungan morfem yang secara kuantitas merupakan kelas yang tertutup. Dilihat dari sifat hubungannya konektor ada dua macam yaitu konektor koordinatif dan konektor subordinatif.

b. Konstituen sintaksis
konstituen adalah sebuah kelompok kata yang berfungsi sebagai satu kesatuan dalam struktur hirarkis. Analisis struktur konstituen dikaitkan terutama dengan tata bahasa struktur frase, meskipun tata bahasa ketergantungan juga memungkinkan struktur kalimat yang dipecahkan menjadi bagian – bagian penyusunnya. Struktur konstituen kalimat yang didefinisikan dengan menggunakan tes konstituen. Tes ini memanipulasi beberapa bagian dari kalimat dan berdasarkan hasilnya, petunjuk yang disampaikan tentang struktur konstituen langsung dari kalimat.
2.3  Fungsi, Kategori, Peran
1.      Fungsi
Fungsi kajian sintaksis terdiri dari beberapa komponen. Diantaranya adalah subjek, predikat, objek, pelengkap dan keterangan.  
a.Subjek dan Predikat.
Subjek merupakan bagian yang diterangkan predikat. Subjek dapat dicari dengan pertanyaan ‘Apa atau Siapa yang tersebut dalam predikat’. Sedangkan predikat adalah bagian kalimat yang menerangkan subjek. Predikat dapat ditentukan dengan pertanyaan ‘yang tersebut dalam subjek sedang apa, berapa, di mana, dan lain-lain,
 Subjek berupa frasa nomina atau pengganti frasa nomina. Sedangkan predikat bisa berupa frasa nomina, verba, adjektiva, numeralia, atau pun preposisi. Berikut adalah salah satu Contoh dari kalimat yang memiliki subjek dan predikat
Contohnya : Mahasiswa sedang belajar,
“Mahasiswa” menduduki fungsi subjek, sedangkan “sedang belajar “menduduki fungsi predikat.
5
‘Mahasiswa(S) sedang belajar (P).

b.Objek dan Pelengkap.
Objek berupa frasa nomina atau pengganti frasa nomina, sedangkan pelengkap berupa frasa nomina, verba, adjektiva, numeralia, preposisi, dan pengganti nomina.
Objek mengikuti predikat yang berupa verba transitif(memerlukan objek) atau semi-transitif dan pelengkap mengikuti predikat yang berupa verba intransitif(tidak memerlukan objek). Objek juga dapat diubah menjadi subjek dan pelengkap tidak dapat diubah menjadi subjek.
Berikut adalah Contoh dari  kalimat yang memiliki objek dan pelengkap yaitu,
Dia sedang mebenahi kamarnya ‘dia’ berfungsi sebagai subjek, sedang membenahi,menduduki fungsi predikat dan “kamar ” merupakan objek.‘dia (S) sedang membenahi (P) kamarnya (O).’
Untuk kalimat yang memiliki pelengkap adalah ‘Paman berjualan sayuran’. Subjek diduduki oleh kata ‘Paman’, ‘berjualan’ menduduki fungsi predikan dan ’sayuran’ sebagai pelengkap.
‘Paman(S) berjualan(P) sayuran(Pel).’
c. Keterangan.
            Keterangan adalah bagian kalimat yang menerangkan subjek, predikat, objek atau pelengkap, Berupa frasa nomina, preposisi, dan konjungsi dan Mudah dipindah-pindah, kecuali diletakkan diantara predikat dan objek atau predikat dan pelengkap.
Contoh dari kalimat yang memiliki keterangan adalah,
1.      Hari ini , Mahasiswa mengadakan seminar di audiotorium
Hari ini dan di auditorium merupakan keterangan
Untuk Mahasiswa menduduki fungsi subjek
Kata megadakan merupakan predikat dan seminar adalah fungsi objek,
Hari ini (ket), Mahasiswa (S) , mengadakan (P) seminar (O) di audiotorium


                                                                            6
2.      Kategori

Dalam ilmu bahasa, kata dikelompokkan berdasarkan bentuk serta perilaku yang sama,
 atau mirip, dimasukkan ke dalam suatu kelompok, sedangkan kata lain yang bentuk dan perilakunya sama atau mirip dengan sesamanya, tetapi berbeda dengan kelompok yang pertama, dimasukkan ke dalam kelompok yang lain. Dengan kata lain, kata dapat dibedakan berdasarkan kategori sintaksisnya. Kategori sintaksis sering pula disebut kategori atau kelas kata.
 Empat kategori sintaksis utama :
 (1) verba atau kata kerja
 (2) nomina atau kata benda
 (3) adjektiva atau kata sifat
 (4) adverbial atau kata keterangan.

3.      Peran sintaksis
Suatu kata dalam konteks kalimat memiliki peran semantik tertentu. Perhatikan contoh-contoh berikut:
1)Farida menunggui adiknya
2) Pencuri itu lari.
3) Penjahat itu mati.
 Dari segi peran semantis, Farida pada (1) adalah pelaku yakni orang yang melakukan perbuatan menunggui. Adiknya pada kalimat inin adalah sasaran, yakni yang terkena perbuatan yang dilakukan oleh pelaku. Pencuri pada (2) adalah juga pelaku-dia melakukan perbuatan lari. Akan tetapi penjahat pada (3) bukanlah pelaku karena mati bukanlah perbuatan yang dia lakukan, melainkan suatu peristiwa yang terjadi padanya. Oleh karena itu, meskipun wujud sintaksisnya mirip dengan (2), penjahat itu pada (3) adalah sasaran.

2.4 Bagian – Bagian Sintaksis
1.Frasa
a. Pengertian Frasa
                                                                            7
Seorang pakar bernama Prof. M. Ramlan,memaparkan frasa adalah satuan gramatik yang terdiri atas satu kata atau lebih dan tidak melampaui batas fungsi atau jabatan.  Frase lazim didefinisikan sebagai satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yangbersifat non predikatif, atau lazim juga disebut gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis di dalam kalimat, Jadi, dengan kata lain frasa merupakan gabungan dua kata atau lebih yang tidak melebihi satu batas fungsi. Fungsi tersebut merupakan jabatan berupa subjek, predikat, objek, pelengkap dan keterangan.
Contoh frasa adalah sebagai berikut,
1) gedung bertingkat itu,                               
Jika contoh tersebut diletakkan dalam kalimat, kedudukannya tetap pada satu jabatan saja. Misalnya. - Gedung bertingkat itu(S) ambruk(P).
b. Jenis Frasa
Didalam frasa, digolongkan menjadi dua jenis yaitu:
1. Berdasarkan persamaan distribusi dengan unsurnya (pemadunya), frasa dibagi menjadi dua, yaitu Frasa Endosentris dan Frasa Eksosentris.
a)Frasa Endosentris, kedudukan frasa ini dalam fungsi tertentu, dpat digantikan oleh unsurnya. Unsur frasa yang dapat menggantikan frasa itu dalam fungsi tertentu yang disebut unsur pusat (UP). Dengan kata lain, frasa endosentris adalah frasa yang memiliki unsur pusat.
Contohnya: Sejumlah mahasiswa(S) diteras(P).
Frasa Endosentris sendiri masih dibagi menjadi tiga.
1. Frasa Endosentris Koordinatif, yaitu frasa endosentris yang semua unsurnya adalah unsur pusat dan mengacu pada hal yang berbeda diantara unsurnya terdapat (dapat diberi) ‘dan’ atau ‘atau’.
Contoh:
(a)   rumah pekarangan
(b)   kakek nenek
(c)   adik kakak
(d)   menyanyi atau menari.
                                                                            8
2. Frasa Endosentris Atributif, yaitu frasa endosentris yang memiliki unsur pusat dan mempunyai unsur yang termasuk atribut. Atribut adalah bagian frasa yang bukan unsur pusat, tapi menerangkan unsur pusat untuk membentuk frasa yang bersangkutan.
Contoh:
(a)  rumah besar
(b)  pensil baru
(c)  anak itu
(d)  siang ini
(e)  sedang menyanyi
(f)    sangat sedih
Kata-kata yang dicetak miring dalam frasa-frasa di atas seperti adalah unsur pusat, sedangkan kata-kata yang tidak dicetak miring adalah atributnya.
3. Frasa Endosentris Apositif, yaitu frasa endosentris yang semua unsurnya adalah unsur pusat dan mengacu pada hal yang sama. Unsur pusat yang satu sebagai aposisi bagi unsur pusat yang lain.
Contoh:
Ridho, anak Pak Roma, sedang menyanyi.
Ridho, …….sedang menyanyi.
……….anak Pak Roma sedang menyanyi.
Unsur ‘Ridho’ merupakan unsur pusat, sedangkan unsur ‘anak Pak Roma’ merupakan aposisi.
Contoh lain:
(a)    Solo, kota budaya
(b)   Indonesia, tanah airku
(c)    Bapak Sutarno, ayahku
(d)   Bangkit, sahabatku.
Frasa yang hanya terdiri atas satu kata tidak dapat dimasukkan ke dalalm frasa endosentris koordinatif, atributif, dan apositif, karena dasar pemilahan ketiganya adalah hubungan gramatik antara unsur yang satu dengan unsur yang lain. Jika diberi aposisi, menjadi frasa endosentris apositif. Jika diberi atribut, menjadi frasa endosentris atributif. Jika diberi unsur frasa yang kedudukannya sama, menjadi frasa endosentris koordinatif.
b) Frasa Eksosentris,
Frasa eksosentris adalah frasa yang tidak mempunyai persamaan distribusi dengan unsurnya. Frasa ini tidak mempunyai unsur pusat. Jadi, frasa eksosentris adalah frasa yang tidak mempunyai UP.
                                                                            9
Contoh: Sejumlah mahasiswa di teras.
Menurut Imam Frase Eksosentris dibagi menjadi dua, yakni:
1.      Frase Eksosentrik yang Direktif, komponen pertamanya berupa preposisi, seperti “di, ke dan dari” dan komponen berupa kata/kelompok kata yang biasanya berkategori nomina.
Contoh:
di rumah
dari pohon mahoni
demi kesejahteraan

2.      Frase Eksosentrik yang Nondirektif, komponen pertamanya berupa artikulus, seperti “si” dan “sang” atau”yang”, “para” dan “kaum”, sedangkan komponen keduanya berupa kata berkategori nomina, adjektiva atau verba.
Contoh: si kaya, para remaja kampung
Berdasarkan kategori kata yang menjadi unsur pusatnya, frasa dibagi menjadi enam.
a) Frasa nomina, frasa yang unsur pusatnya berupa kata yang termasuk kategori nomina. Unsur pusat frasa nomina itu berupa:
(1)   nomina sebenarnya
contoh: batu itu untuk membangun rumah.
(2)   pronomina
contoh: mereka itu teman saya.
(3)   nama
contoh: Wisnu itu baik.
            (4)   kata-kata selain nomina, tetapi strukturnya berubah menjadi nomina
contoh:
dia malasmalas itu merugikan
anaknya tiga ekortiga itu sedikit
dia menarimenari itu menyenangkan
kata malas pada kaliat pertam awalnya adalah frasa ajektiva, begitupula dengan tiga ekor awalnya frasa numeralia, dan kata menari yang awalnya adalah frasa verba.
b) Frasa Verba, frasa yang unsurpusatnya berupa kata verba. Secara morfologis, unsur pusat frasa verba biasanya ditandai adanya afiks verba. Secara sintaktis, frasa verba terdapat (dapat diberi) kata ’sedang’ untuk verba aktif, dan kata ’sudah’ untuk verba keadaan. Frasa verba tidak dapat diberi kata’ sangat’, dan biasanya menduduki fungsi predikat.
                                                                           10
Contoh:
Dia berlari.
Secara morfologis, kata berlari terdapat afiks ber-, dan secara sintaktis dapat diberi kata ’sedang’ yang menunjukkan verba aktif.
c) Frasa Ajektifa, frasa yang unsur pusatnya berupa kata ajektifa. Unsur pusatnya dapat diberi afiks ter- (paling), sangat, paling agak, alangkah-nya, se-nya. Frasa ajektiva biasanya menduduki fungsi predikat.
Contoh:
Gedungnya tinggi.
d) Frasa Numeralia, frasa yang unsur pusatnya berupa kata numeralia. Yaitu kata-kata yang secara semantis mengatakan bilangan atau jumlah tertentu. Dalam frasa numeralia terdapat (dapat diberi) kata bantu bilangan: ekor, buah, dan lain-lain.
Contoh:
lima buah
tujuh ekor
satu biji
lima belas orang.
e) Frasa Preposisi, frasa yang ditandai adanya preposisi atau kata depan sebagai penanda dan diikuti kata atau kelompok kata (bukan klausa) sebagai petanda.
Contoh:
Penanda (preposisi) + Petanda (kata atau kelompok kata)
di rumah
ke depan rumah
dari kantor
untuk kami

f) Frasa Konjungsi, frasa yang ditandai adanya konjungsi atau kata sambung sebagai penanda dan diikuti klausa sebagai petanda. Karena penanda klausa adalah predikat, maka petanda dalam frasa konjungsi selalu mempunyai predikat.
Contoh:
Penanda (konjungsi) + Petanda (klausa, mempunyai P)
Sejak kemarin dia terus diam(P) di situ.


                                                                           11
Frasa terdiri dari unsur-unsur yang anggota-anggotanya dapat dipisahkan oleh unsur lain dan dapat disisipi apapun di antara komponennya. Komponen-komponen frasa masing-masing
 atau salah satunya dapat difiksasikan atau dimodifikasikan (mengalami proses morfologis). Komponen-komponen frasa dapat dipertukarkan.
2. Klausa
Klausa ialah unsur kalimat, karena sebagian besar kalimat terdiri dari dua unsur klausa Unsur inti klausa adalah S dan P. Namun demikian, S juga sering juga dibuangkan, misalnya dalam kalimat luas sebagai akibat dari penggabungan klausa,
Ada lima dasar yang dapat digunakan untuk mengklasifikasikan klausa. Kelima dasar itu adalah
1.      Klasifikasi klausa berdasarkan struktur internnya.
Klasifikasi klausa berdasarkan struktur internnya mengacu pada hadir tidaknya unsur inti klausa, yaitu S dan P. Dengan demikian, unsur ini klausa yang bisa tidak hadir adalah S, sedangkan P sebagai unsur inti klausa selalu hadir. Atas dasar itu, maka hasil klasifikasi klausa berdasarkan struktur internnya kalimat.
Berikut hasil klasifikasinya:
a)      Klausa Lengkap
Klausa lengkap ialah klausa yang semua unsur intinya hadir. Klausa ini diklasifikasikan lagi berdasarkan urutan S dan P menjadi :
(1)Klausa versi, yaitu klausa yang S-nya mendahului P. Contoh : Kondisinya masih kritis.
(2)Klausa inversi, yaitu klausa yang P-nya mendahului S. Contoh :  Masih kritis kondisinya.
b)      Klausa Tidak Lengkap
Klausa tidak lengkap yaitu klausa yang tidak semua unsur intinya hadir. Biasanya dalam klausa ini yang hadir hanya S saja atau P saja. Sedangkan unsur inti yang lain dihilangkan.

2.      Klasifikasi klausa berdasarkan ada tidaknya unsur negasi yang secara gramatik menegatifkan.
   12
Unsur negasi yang dimaksud adalah tidak, tak, bukan, belum, dan jangan. Klasifikasi klausa berdasarkan ada tidaknya unsur negasi yang secara gramatik menegatifkan P menghasilkan.
a) Klausa Positif
    Klausa poisitif ialah klausa yang ditandai tidak adanya unsur negasi yang
menegatifkan P.
Contoh :
Mereka pergi ke toko.
b)Klausa Negatif
   Klausa negatif ialah klausa yang ditandai adanya unsur negasi yang menegaskan P. Contoh :
Anak itu belum mengerjakan PR
Kata negasi yang terletak di depan P secara gramatik menegatifkan P, tetapi secara sematik belum tentu menegatifkan P. Dalam klausa  Dia tidak tidur, misalnya, memang secara gramatik dan secara semantik menegatifkan P. Tetapi, dalam klausa Dia tidak mengambil pisau, kata negasi itu secara sematik bisa menegatifkan P dan bisa menegatifkan O. Kalau yang dimaksudkan ‘Dia tidak mengambil sesuatu apapun’, maka kata negasi itu menegatifkan O. Misalnya dalam klausa Dia tidak mengambil pisau, melainkan sendok.
3.Klasifikasi klausa berdasarkan kategori frasa yang menduduki fungsi P.
Berdasarkan kategori frasa yang menduduki fungsi P, klausa dapat diklasifikasikan menjadi :
a)Klausa Nomina
   Klausa nomina ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategori frasa nomina.
Contoh:
Pamannya petani di kampung itu.
Bapak itu dosen linguistik.
                                                               13
b) Klausa Verba
    Klausa verba ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategori frasa verba. Contoh :
Dia membantu para korban banjir.
Klausa ini dibagi menjadi beberapa tipe, yakni:
1.      Klausa Transitif adalah klausa yang predikatnya berupa verba transitif.
Misal: Adik menulis surat.
2.      Klausa Refleksif adalah klausa yang predikatnya berupa verba refleksif.
Misal: Kakak sedang berdandan.
3.       Klausa Resiprokal adalah klausa yang predikatnya berupa verba resiprokal.
Misal: Orang itu bertengkar sejak tadi.
c) Klausa Adjektiva
Klausa adjektiva ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategori frasa adjektiva. Contoh :
Paman sangat kurus.
Rumah itu sudah tua.
Ibu guru sangat baik.
d) Klausa Numeralia
Klausa numeralia ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategori numeralia.
Contoh :
Mahasiswanya sembilan orang.
e) Klausa Preposisiona
Klausa preposisiona ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategori frasa
preposisiona.
 Contoh :
Kertas itu di bawah meja.
Baju saya di dalam lemari.
Orang tuanya di Surabaya.

                                                                           14
f) Klausa Pronomial
Klausa pronomial ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategoi ponomial.
Contoh :
Hakim memutuskan bahwa dialah yang bersalah.
Sudah diputuskan bahwa ketuanya kamu dan wakilnya saya.

4)Klasifikasi klausa berdasarkan potensinya untuk menjadi kalimat
Klasifikasi klausa berdasarkan potensinya untuk menjadi kalimat dapat dibedakan atas :
a)Klausa Bebas
Klausa bebas ialah klausa yang memiliki subjek dan predikat, sehingga berpotensi untuk menjadi kalimat mayor. Jadi, klausa bebas memiliki unsur yang berfungsi sebagai subyek dan yang berfungsi sebagai predikat dalam klausa tersebut. Klausa bebas adalah sebuah kalimat yang merupakan bagian dari kalimat yang lebih besar. Dengan perkataan lain, klausa bebas dapat dilepaskan dari rangkaian yang lebih besar itu, sehingga kembali kepada wujudnya semula, yaitu kalimat.
Contoh :
Anak itu badannya panas, tetapi kakinya sangat dingin.
Dosen kita itu rumahnya di jalan Ambarawa.
Semua orang mengatakan bahwa dialah yang bersalah.

b)Klausa terikat
Klausa terikat ialah klausa yang tidak memiliki potensi untuk menjadi kalimat mayor, hanya berpotensi untuk menjadi kalimat minor karena strukturnya tidak lengkap. Kalimat minor adalah konsep yang merangkum: pangilan, salam, judul, motto, pepatah, dan kalimat telegram. Contoh :
Semua murid sudah pulang kecuali yang dihukum.
Semua tersangkan diinterograsi, kecuali dia.
Ariel tidak menerima nasihat dari siapa pun selain dari orang tuanya.


                                                               15
5)Klasifikasi klausa berdasarkan kriteria tatarannya dalam kalimat.
Menurut Oscar Rusmaji Berdasarkan tatarannya dalam kalimat, klausa dapat dibedakan atas :
a)Klausa Atasan
Klausa atasan ialah klausa yang tidak menduduki fungsi sintaksis dari klausa yang lain. Contoh :.
Meskipun sedikit, saya tahu tentang hal itu.
b)Klausa Bawahan
Klausa bawahan ialah klausa yang menduduki fungsi sintaksis atau menjadi unsur dari klausa yang lain.
Contoh :
Dia mengira bahwa hari ini akan hujan.
Analisis Klausa
Klasifikasi dapat dianalisis klausa berdasarkan tiga dasar, yaitu berdasarkan fungsi unsur-usurnya, berdasarkan kategori kata atau frase yang menjadi unsurnya, dan berdasarkan makna
unsur-unsurnya.
1)Analisis Klausa Berdasarkan Fungsi Unsur-unsurnya
Klausa terdiri dari unsur-unsur fungsional yang di sini disebut S, P, O, pel, dan ket. Kelima unsur itu tidak selalu bersama-sama ada dalam satu klausa. Unsur fungsional yang cenderung selalu ada dalam klausa ialah P.
2) Analisis Klausa Berdasarkan Kategori Kata atau Frase yang menjadi Unsurnya.
Analisis kalusa berdasarkan kategori kata atau frase yang menjadi unsur-unsur klausa disebut analisis kategorional. Analisis ini tidak terlepas dari analisis fungsional, bahkan merupakan lanjutan dari analisis fungsional.
3) Analisis Klausa Berdasarkan Kategori Makna dan Unsur-unsurnya.
Dalam analisis fungsional klausa dianalisis berdasarkan fungsi unsur-unsurnya menjadi S, P, O, Pel dan Ket
                                                                           16
3. Kalimat
a. Pengertian Kalimat
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan, yang mengungkapkan pikiran yang utuh memiliki S dan P.
b. Jenis Kalimat
Kalimat dibedakan berdasarkan dengan,
s1)Berdasarkan jumlah dan jenis klausa yang terdapat di dalamnya, kalimat dapat dibedakan atas kalimat minor dan kalimat mayor.
a) Kalimat minor adalah kalimat yang terdiri atas satu klausa terikat atau sama sekali tidak mengandung struktur klausa. Kalimat ini biasa diartikan kalimat yang klausanya tidak
lengkap, hanya terdiri dari S/P/O/K saja. Kalimat minor dibedakan atas:
1 Kalimat minor berstruktur, yaitu kalimat minor yang muncul sebagai lanjutan, pelengkap, atau penyempurna kalimat utuh atau klausa lain yang terdahulu dalam wacana. Berdasarkan sumber penurunnya, kalimat minor berstruktur dibedakan atas:
a)Kalimat elips, yaitu kalimat minor yang terjadi karena pelepasan beberapa bagian dari klausa kalimat tunggal.
Contoh: Terserah saja. (Penyelesainnya terserah kamu saja)
b) Kalimat jawaban, yaitu kalimat minor yang bertindak sebagai jawaban atas pentanyaan-pertanyaan.
Contoh : (Ada yang kau bawa itu)? Buku.
c) Kalimat sampingan, yaitu kalimat minor yang terjadi penurunan klausa terikat dari kalimat majemuk subordinat.
Contoh : Meskipun hujan. (Dia tetap datang)
d) Kalimat urutan, yaitu kalimat mayor, tetapi didahului oleh konjungsi, sehingga menyatakan bahwa kalimat tersebut merupakan bagian kalimat lain.Contoh: Karena itu, harga bahan pokok naik.
                                                               17
(1) Kalimat minor tak berstruktur, yaitu kalimat minor yang muncul sebagai akibat pengisian wacana yang ditentukan oleh situasi, dibedakan atas:
a) Panggilan. Contoh: Sate!
b) Seruan, biasanya terdiri dari kata yang menyatakan ungkapan perasaan.Contoh: Hai!
c) Judul, merupakan suatu ungkapan topik atau gagasan. Contoh: Dampak negatif    penayangan TV.
d) Semboyan, yaitu uangkapan ide secara tegas, tepat dan tanpa hiasan bahasa atau kelengkapan sebuah klausa. Contoh: Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh.
e) Salam. Contoh: Selamat malam!
 f) Inskripsi, yaitu kalimat minor tak berstruktur yang berisi penghormatan atau
persembahan pada awal sebuah karya (buku, lukisan dsb.). Contoh: Untuk para pahlawan Indonesia.
b) Kalimat mayor adalah kalimat yang terdiri atas sekurang-kurangnya satu klausa bebas. Berdasarkan jumlah klausa yang terdapat didalamnya, kalimat mayor dapat dibedakan atas:
1) Kalimat majemuk subordinatif. Contoh : Polisi telah mengatakan bahwa penjahat itu kabur.
(2) Kalimat majemuk koordinat. Contoh: Aku belajar di kamar, dan ayah menonton televisi.
(3) Kalimat majemuk rapatan. Contoh: Saya mengerjakan bagian depan, adik bagian belakang.
2) Berdasarkan respons yang diharapkan, kalimat dibedakan atas :
a) Kalimat pernyataan Contoh: Saya tidak membawa uang sama sekali.
b) Kalimat pertanyaan adalah kalimat yang dibentuk untuk memancing respons yang
    berupa jawaban. Contoh: Siapa pemilik buku itu?
c) Kalimat perintah adalah kalimat yang dibentuk untuk memancing responsi yang
     berupa tindakan. Contoh: Marilah kita berdoa bersama-sama!
                                                                           18
3) Berdasarkan hubungan aktor-aksi, kalimat dapat dibedakan atas :
a) Kalimat aktif adalah kalimat yang subjeknya berperan sebagai pelaku. Subjek kalimat aktif berperan sebagai perbuatan yang dinyatakan oleh predikat. Predikat kalimat aktif tediri atas verba transitif dan verba intransitive. Afiks yang digunakan dalam pembentukan kata yang berfungsi sebagai perdikat kalimat aktif ialah meN- dan ber- yang dapat dikombinasikan dengan -i atau -kan.
Contoh: Ayah membelikan adik roti.
b) Kalimat pasif  adalah kalimat yang subjeknya berperan sebagai penderita. Subjek dalam kalimat pasif berperan sebagai penderita perbuatan yang dinyatakan oleh predikat kalimat tersebut.
Predikat kalimat pasif terdiri atas verba verba yang berpredikat di- yang dapat bekombinasi dengan sufiks -i dan -kan, beprefiks ter-, berkonfiks ke-an, dan verba yang didahului oleh pronominal persona.
Contoh: Rotinya ditaburi keju.
c) Kalimat medial adalah kalimat yang subjeknya berperan baik sebagai pelaku maupun sebagai penderita perbuatan yang dinyatakan oleh predikat tersebut.
Contoh: Jangan menyiksa diri sendiri.
d) Kalimat respirokal adalah kalimat yang subjek dan objeknya melakukan sesuatu pebuatan yang berbalas-balasan.
Contoh: Dua bersaudara itu saling baku hantam.
4)Bedasarkan ada tidaknya unsur negatif pada klausa utama, kalimat dibedakan atas :
a) Kalimat firmatif , yaitu kalimat yang berpredikat utamanya tidak tedapat unsur negatif, peniadaan, atau penyangkalan.
Contoh: Di Ambalat diresmikan monumen perbatasan.
b) Kalimat negative yaitu kalimat yang predikat utamanya terdapat unsur negatif, peniadaan, atau penyangkalan, seperti tidak, tiada (tak), bukan, jangan.
Contoh : Sedikitpun aku tidak berkata bohong.



19
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
            Dari uraian diatas dapat di simpulkan bahwa sintaksis adalah secara etimologi berarti: menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat. Dan menurut para ahli adalah bidang tata bahasa yang menelaah hubungan kata-kata dalam kalimat dan cara-cara menyusun kata-kata. Konsep – konsep dasar sintaksis terdiri atas, Kontruksi, kontituen, fungsi , dan peran
Kontruksi Secara umum struktur sintaksis itu terdiri dari susunan subjek (S), predikat (P), objek (O), dan keterangan (K). kontituen Sintaksis adalah menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat. Untuk memahami struktur sintaksis, terlebih dahulu kita harus Mengetahui fungsi, peran, dan kategori sintaksis. Fungsi kajian sintaksis terdiri dari beberapa komponen. Diantaranya adalah subjek, predikat, objek, pelengkap dan keterangan. Dalam memperjelas tentang hakikat dari subjek dan predikat, objek dan pelengkap, serta keterangan. Peran sintaksis adalah merupakan Suatu kata dalam konteks kalimat memiliki peran semantik tertentu. Serta bagian – bagian dari sintaksis terdiri atas Frasa, klausa, kalimat. Frase adalah satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi. Klausa adalah satuan gramatika yang terdiri dari subjek (S) dan predikat (P) baik disertai objek (O), dan keterangan (K), serta memilki potensi untuk menjadi kalimat.
     
3.2 SARAN
Dengan adanya makalah ini penulis sangat mengharapkan kritik dan saran agar makalah ini lebih baik dan bermanfaat untuk kita semua. Akhir kata saya ucapkan terima kasih.




20
DAFTAR PUSTAKA

Verhaar, J.W.M. 1979. Pengantar Linguistik Jilid I. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
http://en.wikipedia.org/wiki/Linguistics                                                     
http://irwan-cahyadi.blogspot.com/2012/04/pengertian-filologi-dan-ilmu-bantu.ht

0 komentar:

Template by : kendhin x-template.blogspot.com