1.1
LATAR
BELAKANG
Banyak permasalahan yang ada dalam mendalami penguasaan
sintaksis dan hakikatnya. Perlu pendalaman dan banyak mempraktekan dalam dunia
kebahasaan. Karena ilmu sintaksis sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari.
Masih banyak orang yang belum mengetahui dan belum paham tentang makna dan
hakikat sintaksis. Padahal, penggunaanya begitu dekat dengan masyarakat
Indonesia. Yaitu berkisar tentang kalimat bahasa Indonesia yang digunakan
sebagai alat komunikasi sehari-hari. Sebenarnya apa yang dimaksud dengan
sintaksis itu? Sintaksis merupakan ilmu yang mempelajari tentang tatabahasa.
Sintaksis juga dapat dikatakan tatabahasa yang membahas hubungan antarkata
dalam tuturan. Sintaksis secara etimologis berarti menempatkan bersama-sama
kata-kata menjadi kelompok kata, kelompok kata men
jadi kalimat. Menurut istilah
sintaksis dapat mendefinisikan : bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan
seluk beluk kalimat, klausa, dan frasa. Sintaksis itu mempelajari hubungan
gramatikal di luar batas kata, tetapi di dalam satuan yang kita sebut kalimat .
Istilah sintaksis ialah bagian atau cabang dari ilmu bahasa yang membicarakan
seluk beluk wacana, kalimat, klausa, dan frase. Didalam kajian sintaksis
mencakup kajian-kajian tentang frasa, klausa dan kalimat. Fungsi sintaksis
sendiri adalah berupa subjek, predikat, objek, keterangan dan pelengkap. Dalam
makalah ini kesemuanya akan dikaji dan dijelaskan lebih rinci. Sehingga,
pembaca dapat mengetahui secara lebih mendetail hakikat sintaksis
1.2
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas
dapat dirumuskan beberapa masalah yang penting untuk dikaji yaitu:
1.1 Bagaimana pengertian Sintaksis menurut para pakar?
1.2 Apa kaitan ilmu sintaksis dengan ilmu bahasa?
1.3 Konsep - konsep dasar dalam sintaksis?
1.4 Bagian – bagian dari sintaksis?
1
1.3 TUJUAN PENULISAN
1.1 Berdasarkan
rumusan masalah diatas, tujuan dari penelitian ini adalah
1.2 Untuk
mengetahui pengertian sintaksis secara luas menurut para pakar
1.3 Untuk mengetahui bagian - bagian dari
sintaksis
1.4 Konsep– konsep apa saja yang terkandung dalam
sintaksis
1.5 Kaitan
sintaksis dengan ilmu lain
2
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian
Sintaksis
Pengertian
Secara
Etimologi
Kata
sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu sun yang berarti
’dengan’ dan kata tattein yang berarti ’menempatkan’. Jadi, secara
etimologi berarti: menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata
atau kalimat. Selain dari bahasa Yunani, sintaksis juga berasal dari bahasa
Belanda yaitu syntaxis. Sintaksis
juga berasal dari bahasa Inggris yaitu syntax.
Istilah sintaksis (Belanda, Syntaxis) ialah bagian
atau cabang dari ilmu bahasa yang membicarakan tentang seluk beluk wacana , kaliamat, prase dan klausa.
Pengertian
Sintaksis dari Berbagai Ahli,
a. Menurut
Gleason (1955) “Syntax maybe roughly
defined as the principles of arrangement of the construction (word) into large
constructions of various kinds.” Artinya adalah sintaksis mungkin dikaitkan
dari definisi prinsip aransemen konstruksi (kata) ke dalam konstruksi besar
dari bermacam-macam variasi.
b. Robert
(1964:1) yang berpendapat bahawa sintaksis adalah bidang tata bahasa yang
menelaah hubungan kata-kata dalam kalimat dan cara-cara menyusun kata-kata.Verhaar mengatakan bahwa sintaksis adalah terdiri dari susunan subjek (s)
predikat(p) objek (o) dan keterangan yang merupakan tempat – tempat kosong yang tidak mempunyai
arti apa – apa.
c. Prof.Drs.M.Ramlan
mengatakan bahwa sintaksis merupakan cabang ilmu bahasa (linguistik) yang
membicarakan seluk beluk wacana, kalimat, klausa, dan frasa.
d. Prof.Dr.Suparman
Herusantosa mengatakan bahwa sintaksis merupakan studi tentang hubungan antara
kata yang satu dengan kata yang lain.
2.2
Hubungan
Sintaksis dengan Ilmu Lain
Selain itu
pengertian Sintaksis adalah
bagian atau cabang dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk wacana.
Dalam
pelajaran Linguistik terdapat bagian ilmu yang mempelajari tata bahasa
(fonologi), tata
3
kata
(morfologi, tata kalimat (sintaksis), tata arti (semantic) asal-usul kata
(etimoligi). Dalam
pelajaran tata bahasa tradisional, masih
mempelajari mengenai arti, selain mempelajari fungsi dan strukturnya. Jadi,
ilmu bahasa itu seperti :
Fonologi(tata bunyi),
Morfologi (tata kata),
Sintaksis (tata kalimat),
Semantik (tata arti kata), Etimologi (asal usul kata)
Pelajaran megenai kalimat, dapat
dilihat dari arti dan fungsinya. Apabila mempelajari tata
kalimat berdasarkan pada artinya,
maka akan di temukan beberapa istilah. Seperti, macam-
macam kalimat yaitu terdiri dari
a
Kalimat Berita
b.Kalimat
pertanyaan
c.
Kalimat perintah
d.
Kalimat seru
Keterangan
mengenai kalimat berita, kalimat pertanyaan, kalimat seru dan kalimat perintah,
ke empat kalimat ini dilihat dari tujuan pelajaran mengenai kalimat.
2.3 Konsep – Konsep
Dasar Sintaksis
a. Konstruksi sintaksis
Secara umum struktur sintaksis itu terdiri dari
susunan subjek (S), predikat (P), objek (O), dan keterangan (K). Susunan fungsi
sintaksis tidak selalu berurutan S, P, O dan K. Keempat fungsi ini tidak harus
ada dalam setiap struktur sintaksis.Namun banyak pakar yang menyatakan bahwa
suatu struktur sintaksis minimal harus memiliki fungsi Subjek dan fungsi
Predikat.
Adapula pendapat lain yang menyatakan bahwa hadir tidaknya suatu fungsi sintaksis tergantung pada konteksnya. Umpamanya dalam kalimat jawaban, kalimat perintah, dan kalimat seruan. Maka yang muncul hanyalah fungsi yang menyatakan jawaban, perintah, atau seruan itu. Para ahli tata bahasa tradisional berpendapat bahwa fungsi Subyek harus diisi oleh kategori nomina, fungsi Predikat oleh kategori verba, fungsi Obyek oleh kategori nomina., dan fungsi Keterangan oleh kategori adverbia. Alat sintaksis di dalam bahasa di tulis tidak dapat digambarkan secara akurat dan teliti yang akibatnya seringkali menimbulkan kesalah pahaman adalah intonasi.
Adapula pendapat lain yang menyatakan bahwa hadir tidaknya suatu fungsi sintaksis tergantung pada konteksnya. Umpamanya dalam kalimat jawaban, kalimat perintah, dan kalimat seruan. Maka yang muncul hanyalah fungsi yang menyatakan jawaban, perintah, atau seruan itu. Para ahli tata bahasa tradisional berpendapat bahwa fungsi Subyek harus diisi oleh kategori nomina, fungsi Predikat oleh kategori verba, fungsi Obyek oleh kategori nomina., dan fungsi Keterangan oleh kategori adverbia. Alat sintaksis di dalam bahasa di tulis tidak dapat digambarkan secara akurat dan teliti yang akibatnya seringkali menimbulkan kesalah pahaman adalah intonasi.
4
Perbedaan
modus kalimat bahasa Indonesia tampaknya lebih ditentukan oleh intonasinya
daripada komponen segmentalnya. Kelompok kata atau frase dalam bahasa Indonesia
batasnya juga sering ditandai dengan tekanan pada kata terakhir. Alat sintaksis
konektor yang biasanya berupa sebuah morfem atau gabungan morfem yang secara
kuantitas merupakan kelas yang tertutup. Dilihat dari sifat hubungannya
konektor ada dua macam yaitu konektor koordinatif dan konektor subordinatif.
b. Konstituen sintaksis
konstituen
adalah sebuah kelompok kata yang berfungsi sebagai satu kesatuan dalam struktur
hirarkis. Analisis struktur konstituen dikaitkan terutama dengan tata bahasa
struktur frase, meskipun tata bahasa ketergantungan juga memungkinkan struktur
kalimat yang dipecahkan menjadi bagian – bagian penyusunnya. Struktur
konstituen kalimat yang didefinisikan dengan menggunakan tes konstituen. Tes
ini memanipulasi beberapa bagian dari kalimat dan berdasarkan hasilnya,
petunjuk yang disampaikan tentang struktur konstituen langsung dari kalimat.
2.3 Fungsi, Kategori, Peran
1.
Fungsi
Fungsi
kajian sintaksis terdiri dari beberapa komponen. Diantaranya adalah subjek,
predikat, objek, pelengkap dan keterangan.
a.Subjek
dan Predikat.
Subjek merupakan bagian yang diterangkan predikat.
Subjek dapat dicari dengan pertanyaan ‘Apa atau Siapa yang tersebut dalam
predikat’. Sedangkan predikat adalah bagian kalimat yang menerangkan subjek.
Predikat dapat ditentukan dengan pertanyaan ‘yang tersebut dalam subjek sedang
apa, berapa, di mana, dan lain-lain,
Subjek
berupa frasa nomina atau pengganti frasa nomina. Sedangkan predikat bisa berupa
frasa nomina, verba, adjektiva, numeralia, atau pun preposisi. Berikut adalah
salah satu Contoh dari kalimat yang memiliki subjek dan predikat
Contohnya
: Mahasiswa sedang belajar,
“Mahasiswa”
menduduki fungsi subjek, sedangkan “sedang belajar “menduduki fungsi predikat.
5
‘Mahasiswa(S)
sedang belajar (P).
b.Objek
dan Pelengkap.
Objek
berupa frasa nomina atau pengganti frasa nomina, sedangkan pelengkap berupa
frasa nomina, verba, adjektiva, numeralia, preposisi, dan pengganti nomina.
Objek
mengikuti predikat yang berupa verba transitif(memerlukan objek) atau semi-transitif
dan pelengkap mengikuti predikat yang berupa verba intransitif(tidak memerlukan
objek). Objek juga dapat diubah menjadi subjek dan pelengkap tidak dapat diubah
menjadi subjek.
Berikut
adalah Contoh dari kalimat yang memiliki
objek dan pelengkap yaitu,
Dia sedang
mebenahi kamarnya ‘dia’ berfungsi
sebagai subjek, sedang membenahi,menduduki fungsi predikat dan “kamar ” merupakan
objek.‘dia (S) sedang membenahi (P) kamarnya (O).’
Untuk
kalimat yang memiliki pelengkap adalah ‘Paman berjualan sayuran’. Subjek
diduduki oleh kata ‘Paman’, ‘berjualan’ menduduki fungsi predikan dan ’sayuran’
sebagai pelengkap.
‘Paman(S)
berjualan(P) sayuran(Pel).’
c.
Keterangan.
Keterangan adalah bagian kalimat yang
menerangkan subjek, predikat, objek atau pelengkap, Berupa frasa nomina,
preposisi, dan konjungsi dan Mudah dipindah-pindah, kecuali diletakkan diantara
predikat dan objek atau predikat dan pelengkap.
Contoh dari
kalimat yang memiliki keterangan adalah,
1.
Hari ini , Mahasiswa mengadakan seminar di audiotorium
Hari ini
dan di auditorium merupakan keterangan
Untuk
Mahasiswa menduduki fungsi subjek
Kata megadakan
merupakan predikat dan seminar adalah fungsi objek,
Hari ini
(ket), Mahasiswa (S) , mengadakan (P) seminar (O) di audiotorium
6
2.
Kategori
Dalam ilmu bahasa, kata
dikelompokkan berdasarkan bentuk serta perilaku yang sama,
atau mirip, dimasukkan ke dalam suatu
kelompok, sedangkan kata lain yang bentuk dan perilakunya sama atau mirip
dengan sesamanya, tetapi berbeda dengan kelompok yang pertama, dimasukkan ke
dalam kelompok yang lain. Dengan kata lain, kata dapat dibedakan berdasarkan
kategori sintaksisnya. Kategori sintaksis sering pula disebut kategori atau
kelas kata.
Empat kategori sintaksis utama :
(1) verba atau kata kerja
(2) nomina atau kata benda
(3) adjektiva atau kata sifat
(4) adverbial atau kata keterangan.
3.
Peran sintaksis
Suatu kata
dalam konteks kalimat memiliki peran semantik tertentu. Perhatikan contoh-contoh
berikut:
1)Farida menunggui
adiknya
2)
Pencuri itu lari.
3) Penjahat itu mati.
Dari segi peran semantis, Farida pada (1)
adalah pelaku yakni orang yang melakukan perbuatan menunggui. Adiknya pada
kalimat inin adalah sasaran, yakni yang terkena perbuatan yang dilakukan oleh
pelaku. Pencuri pada (2) adalah juga pelaku-dia melakukan perbuatan lari. Akan
tetapi penjahat pada (3) bukanlah pelaku karena mati bukanlah perbuatan yang
dia lakukan, melainkan suatu peristiwa yang terjadi padanya. Oleh karena itu,
meskipun wujud sintaksisnya mirip dengan (2), penjahat itu pada (3) adalah
sasaran.
2.4 Bagian
– Bagian Sintaksis
1.Frasa
a. Pengertian Frasa
7
Seorang
pakar bernama Prof. M. Ramlan,memaparkan frasa adalah satuan gramatik yang
terdiri atas satu kata atau lebih dan tidak melampaui batas fungsi atau
jabatan. Frase lazim didefinisikan sebagai satuan gramatikal yang berupa
gabungan kata yangbersifat non predikatif, atau lazim juga disebut gabungan
kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis di dalam kalimat, Jadi, dengan
kata lain frasa merupakan gabungan dua kata atau lebih yang tidak melebihi satu
batas fungsi. Fungsi tersebut merupakan jabatan berupa subjek, predikat, objek,
pelengkap dan keterangan.
Contoh
frasa adalah sebagai berikut,
1) gedung
bertingkat itu,
Jika
contoh tersebut diletakkan dalam kalimat, kedudukannya tetap pada satu jabatan
saja. Misalnya. - Gedung bertingkat itu(S) ambruk(P).
b. Jenis Frasa
Didalam
frasa, digolongkan menjadi dua jenis yaitu:
1. Berdasarkan
persamaan distribusi dengan unsurnya (pemadunya), frasa dibagi menjadi dua,
yaitu Frasa Endosentris dan Frasa Eksosentris.
a)Frasa
Endosentris, kedudukan frasa ini dalam fungsi tertentu, dpat digantikan oleh
unsurnya. Unsur frasa yang dapat menggantikan frasa itu dalam fungsi tertentu
yang disebut unsur pusat (UP). Dengan kata lain, frasa endosentris adalah frasa
yang memiliki unsur pusat.
Contohnya:
Sejumlah mahasiswa(S) diteras(P).
Frasa
Endosentris sendiri masih dibagi menjadi tiga.
1. Frasa Endosentris Koordinatif,
yaitu frasa endosentris yang semua unsurnya adalah unsur pusat dan mengacu pada
hal yang berbeda diantara unsurnya terdapat (dapat diberi) ‘dan’ atau ‘atau’.
Contoh:
(a) rumah
pekarangan
(b) kakek nenek
(c) adik kakak
(d)
menyanyi atau menari.
8
2. Frasa Endosentris Atributif, yaitu
frasa endosentris yang memiliki unsur pusat dan mempunyai unsur yang termasuk
atribut. Atribut adalah bagian frasa yang bukan unsur pusat, tapi menerangkan
unsur pusat untuk membentuk frasa yang bersangkutan.
Contoh:
(a) rumah besar
(b) pensil baru
(c) anak itu
(d) siang ini
(e) sedang menyanyi
(f) sangat sedih
Kata-kata yang dicetak miring dalam
frasa-frasa di atas seperti adalah unsur pusat, sedangkan kata-kata yang tidak
dicetak miring adalah atributnya.
3. Frasa Endosentris Apositif, yaitu
frasa endosentris yang semua unsurnya adalah unsur pusat dan mengacu pada hal
yang sama. Unsur pusat yang satu sebagai aposisi bagi unsur pusat yang lain.
Contoh:
Ridho, anak Pak Roma, sedang
menyanyi.
Ridho, …….sedang menyanyi.
……….anak Pak Roma sedang menyanyi.
Unsur ‘Ridho’ merupakan unsur pusat,
sedangkan unsur ‘anak Pak Roma’ merupakan aposisi.
Contoh lain:
(a) Solo, kota
budaya
(b) Indonesia, tanah
airku
(c) Bapak Sutarno,
ayahku
(d) Bangkit, sahabatku.
Frasa yang hanya terdiri atas satu
kata tidak dapat dimasukkan ke dalalm frasa endosentris koordinatif, atributif,
dan apositif, karena dasar pemilahan ketiganya adalah hubungan gramatik antara
unsur yang satu dengan unsur yang lain. Jika diberi aposisi, menjadi frasa
endosentris apositif. Jika diberi atribut, menjadi frasa endosentris atributif.
Jika diberi unsur frasa yang kedudukannya sama, menjadi frasa endosentris
koordinatif.
b) Frasa
Eksosentris,
Frasa eksosentris adalah frasa yang
tidak mempunyai persamaan distribusi dengan unsurnya. Frasa ini tidak mempunyai
unsur pusat. Jadi, frasa eksosentris adalah frasa yang tidak mempunyai UP.
9
Contoh:
Sejumlah mahasiswa di teras.
Menurut
Imam Frase Eksosentris dibagi menjadi dua, yakni:
1. Frase Eksosentrik yang Direktif, komponen
pertamanya berupa preposisi, seperti “di, ke dan dari” dan komponen berupa
kata/kelompok kata yang biasanya berkategori nomina.
Contoh:
di rumah
di rumah
dari pohon mahoni
demi kesejahteraan
2. Frase Eksosentrik yang Nondirektif,
komponen pertamanya berupa artikulus, seperti “si” dan “sang” atau”yang”,
“para” dan “kaum”, sedangkan komponen keduanya berupa kata berkategori nomina,
adjektiva atau verba.
Contoh: si kaya, para remaja kampung
Berdasarkan
kategori kata yang menjadi unsur pusatnya, frasa dibagi menjadi enam.
a) Frasa nomina, frasa yang unsur
pusatnya berupa kata yang termasuk kategori nomina. Unsur pusat frasa nomina
itu berupa:
(1) nomina sebenarnya
contoh: batu itu untuk membangun rumah.
(2) pronomina
contoh: mereka itu teman saya.
(3) nama
contoh: Wisnu itu baik.
(4)
kata-kata selain nomina, tetapi strukturnya berubah menjadi nomina
contoh:
dia malas → malas itu merugikan
anaknya tiga ekor → tiga itu sedikit
dia menari→ menari itu menyenangkan
kata
malas pada kaliat pertam awalnya adalah frasa ajektiva, begitupula
dengan tiga ekor awalnya frasa numeralia, dan kata menari yang
awalnya adalah frasa verba.
b) Frasa Verba, frasa yang
unsurpusatnya berupa kata verba. Secara morfologis, unsur pusat frasa verba
biasanya ditandai adanya afiks verba. Secara sintaktis, frasa verba terdapat
(dapat diberi) kata ’sedang’ untuk verba aktif, dan kata ’sudah’ untuk verba
keadaan. Frasa verba tidak dapat diberi kata’ sangat’, dan biasanya menduduki
fungsi predikat.
10
Contoh:
Dia berlari.
Secara morfologis, kata berlari
terdapat afiks ber-, dan secara sintaktis dapat diberi kata ’sedang’ yang
menunjukkan verba aktif.
c) Frasa Ajektifa, frasa yang unsur pusatnya berupa
kata ajektifa. Unsur pusatnya dapat diberi afiks ter- (paling), sangat, paling
agak, alangkah-nya, se-nya. Frasa ajektiva biasanya menduduki fungsi predikat.
Contoh:
Gedungnya tinggi.
d) Frasa Numeralia, frasa yang unsur
pusatnya berupa kata numeralia. Yaitu kata-kata yang secara semantis mengatakan
bilangan atau jumlah tertentu. Dalam frasa numeralia terdapat (dapat diberi)
kata bantu bilangan: ekor, buah, dan lain-lain.
Contoh:
lima buah
tujuh ekor
satu biji
lima belas orang.
e) Frasa
Preposisi, frasa yang ditandai adanya preposisi atau kata depan sebagai penanda
dan diikuti kata atau kelompok kata (bukan klausa) sebagai petanda.
Contoh:
Penanda (preposisi) + Petanda
(kata atau kelompok kata)
di rumah
ke depan rumah
dari kantor
untuk kami
f) Frasa Konjungsi, frasa yang
ditandai adanya konjungsi atau kata sambung sebagai penanda dan diikuti klausa
sebagai petanda. Karena penanda klausa adalah predikat, maka petanda dalam
frasa konjungsi selalu mempunyai predikat.
Contoh:
Penanda (konjungsi) + Petanda
(klausa, mempunyai P)
Sejak kemarin dia terus diam(P)
di situ.
11
Frasa
terdiri dari unsur-unsur yang anggota-anggotanya dapat dipisahkan oleh unsur
lain dan dapat disisipi apapun di antara komponennya. Komponen-komponen frasa
masing-masing
atau salah satunya dapat difiksasikan atau
dimodifikasikan (mengalami proses morfologis). Komponen-komponen frasa dapat
dipertukarkan.
2. Klausa
Klausa
ialah unsur kalimat, karena sebagian besar kalimat terdiri dari dua unsur
klausa Unsur inti klausa adalah S dan P. Namun demikian, S juga sering juga
dibuangkan, misalnya dalam kalimat luas sebagai akibat dari penggabungan
klausa,
Ada lima
dasar yang dapat digunakan untuk mengklasifikasikan klausa. Kelima dasar itu
adalah
1. Klasifikasi klausa berdasarkan
struktur internnya.
Klasifikasi
klausa berdasarkan struktur internnya mengacu pada hadir tidaknya unsur inti
klausa, yaitu S dan P. Dengan demikian, unsur ini klausa yang bisa tidak hadir
adalah S, sedangkan P sebagai unsur inti klausa selalu hadir. Atas dasar itu,
maka hasil klasifikasi klausa berdasarkan struktur internnya kalimat.
Berikut hasil
klasifikasinya:
a) Klausa Lengkap
Klausa
lengkap ialah klausa yang semua unsur intinya hadir. Klausa ini
diklasifikasikan lagi berdasarkan urutan S dan P menjadi :
(1)Klausa
versi, yaitu klausa yang S-nya mendahului P. Contoh : Kondisinya masih kritis.
(2)Klausa
inversi, yaitu klausa yang P-nya mendahului S. Contoh : Masih kritis kondisinya.
b) Klausa Tidak Lengkap
Klausa
tidak lengkap yaitu klausa yang tidak semua unsur intinya hadir. Biasanya dalam
klausa ini yang hadir hanya S saja atau P saja. Sedangkan unsur inti yang lain
dihilangkan.
2. Klasifikasi klausa berdasarkan ada
tidaknya unsur negasi yang secara gramatik menegatifkan.
12
Unsur
negasi yang dimaksud adalah tidak, tak, bukan, belum,
dan jangan. Klasifikasi klausa berdasarkan ada tidaknya unsur negasi
yang secara gramatik menegatifkan P menghasilkan.
a) Klausa
Positif
Klausa poisitif ialah klausa yang ditandai tidak adanya unsur negasi
yang
menegatifkan
P.
Contoh :
Mereka
pergi ke toko.
b)Klausa
Negatif
Klausa negatif ialah klausa yang ditandai
adanya unsur negasi yang menegaskan P. Contoh :
Anak
itu belum mengerjakan PR
Kata
negasi yang terletak di depan P secara gramatik menegatifkan P, tetapi secara
sematik belum tentu menegatifkan P. Dalam klausa Dia tidak tidur, misalnya, memang
secara gramatik dan secara semantik menegatifkan P. Tetapi, dalam klausa Dia
tidak mengambil pisau, kata negasi itu secara sematik bisa menegatifkan P
dan bisa menegatifkan O. Kalau yang dimaksudkan ‘Dia tidak mengambil sesuatu
apapun’, maka kata negasi itu menegatifkan O. Misalnya dalam klausa Dia
tidak mengambil pisau, melainkan sendok.
3.Klasifikasi klausa berdasarkan
kategori frasa yang menduduki fungsi P.
Berdasarkan
kategori frasa yang menduduki fungsi P, klausa dapat diklasifikasikan menjadi :
a)Klausa
Nomina
Klausa nomina ialah klausa yang P-nya berupa
frasa yang termasuk kategori frasa nomina.
Contoh:
Pamannya
petani di kampung itu.
Bapak
itu dosen linguistik.
13
b) Klausa
Verba
Klausa verba ialah klausa yang P-nya berupa
frasa yang termasuk kategori frasa verba. Contoh :
Dia
membantu para korban banjir.
Klausa ini
dibagi menjadi beberapa tipe, yakni:
1. Klausa Transitif adalah klausa
yang predikatnya berupa verba transitif.
Misal: Adik menulis surat.
2. Klausa Refleksif adalah klausa yang
predikatnya berupa verba refleksif.
Misal: Kakak sedang berdandan.
3. Klausa Resiprokal adalah klausa yang
predikatnya berupa verba resiprokal.
Misal: Orang itu bertengkar sejak tadi.
Misal: Orang itu bertengkar sejak tadi.
c) Klausa
Adjektiva
Klausa adjektiva ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang
termasuk kategori frasa adjektiva. Contoh :
Paman sangat kurus.
Rumah itu sudah tua.
Ibu guru sangat baik.
d) Klausa
Numeralia
Klausa
numeralia ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategori
numeralia.
Contoh :
Mahasiswanya
sembilan orang.
e) Klausa
Preposisiona
Klausa
preposisiona ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategori frasa
preposisiona.
Contoh :
Kertas itu di bawah meja.
Baju saya di dalam lemari.
Orang tuanya di Surabaya.
14
f) Klausa
Pronomial
Klausa
pronomial ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategoi ponomial.
Contoh :
Hakim memutuskan bahwa dialah
yang bersalah.
Sudah diputuskan bahwa ketuanya
kamu dan wakilnya saya.
4)Klasifikasi
klausa berdasarkan potensinya untuk menjadi kalimat
Klasifikasi
klausa berdasarkan potensinya untuk menjadi kalimat dapat dibedakan atas :
a)Klausa
Bebas
Klausa
bebas ialah klausa yang memiliki subjek dan predikat, sehingga berpotensi untuk
menjadi kalimat mayor. Jadi, klausa bebas memiliki unsur yang berfungsi sebagai
subyek dan yang berfungsi sebagai predikat dalam klausa tersebut. Klausa bebas
adalah sebuah kalimat yang merupakan bagian dari kalimat yang lebih besar.
Dengan perkataan lain, klausa bebas dapat dilepaskan dari rangkaian yang lebih
besar itu, sehingga kembali kepada wujudnya semula, yaitu kalimat.
Contoh :
Anak itu badannya panas,
tetapi kakinya sangat dingin.
Dosen kita itu rumahnya di
jalan Ambarawa.
Semua orang mengatakan bahwa dialah
yang bersalah.
b)Klausa
terikat
Klausa
terikat ialah klausa yang tidak memiliki potensi untuk menjadi kalimat mayor,
hanya berpotensi untuk menjadi kalimat minor karena strukturnya tidak lengkap.
Kalimat minor adalah konsep yang merangkum: pangilan, salam, judul, motto,
pepatah, dan kalimat telegram. Contoh :
Semua murid sudah pulang kecuali yang
dihukum.
Semua tersangkan diinterograsi,
kecuali dia.
Ariel tidak menerima nasihat dari
siapa pun selain dari orang tuanya.
15
5)Klasifikasi
klausa berdasarkan kriteria tatarannya dalam kalimat.
Menurut Oscar
Rusmaji Berdasarkan tatarannya dalam kalimat, klausa dapat dibedakan atas :
a)Klausa
Atasan
Klausa
atasan ialah klausa yang tidak menduduki fungsi sintaksis dari klausa yang
lain. Contoh :.
Meskipun sedikit, saya tahu tentang hal itu.
b)Klausa
Bawahan
Klausa
bawahan ialah klausa yang menduduki fungsi sintaksis atau menjadi unsur dari
klausa yang lain.
Contoh :
Dia mengira bahwa hari ini akan hujan.
Analisis Klausa
Klasifikasi
dapat dianalisis klausa berdasarkan tiga dasar, yaitu berdasarkan fungsi
unsur-usurnya, berdasarkan kategori kata atau frase yang menjadi unsurnya, dan
berdasarkan makna
unsur-unsurnya.
1)Analisis
Klausa Berdasarkan Fungsi Unsur-unsurnya
Klausa
terdiri dari unsur-unsur fungsional yang di sini disebut S, P, O, pel, dan ket.
Kelima unsur itu tidak selalu bersama-sama ada dalam satu klausa. Unsur
fungsional yang cenderung selalu ada dalam klausa ialah P.
2)
Analisis Klausa Berdasarkan Kategori Kata atau Frase yang menjadi Unsurnya.
Analisis
kalusa berdasarkan kategori kata atau frase yang menjadi unsur-unsur klausa disebut
analisis kategorional. Analisis ini tidak terlepas dari analisis fungsional,
bahkan merupakan lanjutan dari analisis fungsional.
3) Analisis
Klausa Berdasarkan Kategori Makna dan Unsur-unsurnya.
Dalam
analisis fungsional klausa dianalisis berdasarkan fungsi unsur-unsurnya menjadi
S, P, O, Pel dan Ket
16
3. Kalimat
a. Pengertian Kalimat
Kalimat
adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan, yang
mengungkapkan pikiran yang utuh memiliki S dan P.
b. Jenis Kalimat
Kalimat
dibedakan berdasarkan dengan,
s1)Berdasarkan
jumlah dan jenis klausa yang terdapat di dalamnya, kalimat dapat dibedakan atas
kalimat minor dan kalimat mayor.
a) Kalimat minor adalah kalimat yang terdiri atas satu klausa
terikat atau sama sekali tidak mengandung struktur klausa. Kalimat ini biasa
diartikan kalimat yang klausanya tidak
lengkap,
hanya terdiri dari S/P/O/K saja. Kalimat minor dibedakan atas:
1 Kalimat
minor berstruktur, yaitu kalimat minor yang muncul sebagai lanjutan, pelengkap,
atau penyempurna kalimat utuh atau klausa lain yang terdahulu dalam wacana. Berdasarkan
sumber penurunnya, kalimat minor berstruktur dibedakan atas:
a)Kalimat
elips, yaitu kalimat minor yang terjadi karena pelepasan beberapa bagian dari
klausa kalimat tunggal.
Contoh: Terserah
saja. (Penyelesainnya terserah kamu saja)
b)
Kalimat jawaban, yaitu kalimat minor yang bertindak sebagai jawaban atas
pentanyaan-pertanyaan.
Contoh : (Ada
yang kau bawa itu)? Buku.
c)
Kalimat sampingan, yaitu kalimat minor yang terjadi penurunan klausa terikat
dari kalimat majemuk subordinat.
Contoh : Meskipun
hujan. (Dia tetap datang)
d)
Kalimat urutan, yaitu kalimat mayor, tetapi didahului oleh konjungsi, sehingga
menyatakan bahwa kalimat tersebut merupakan bagian kalimat lain.Contoh: Karena
itu, harga bahan pokok naik.
17
(1) Kalimat
minor tak berstruktur, yaitu kalimat minor yang muncul sebagai akibat pengisian
wacana yang ditentukan oleh situasi, dibedakan atas:
a)
Panggilan. Contoh: Sate!
b)
Seruan, biasanya terdiri dari kata yang menyatakan ungkapan perasaan.Contoh:
Hai!
c) Judul, merupakan suatu ungkapan
topik atau gagasan. Contoh: Dampak negatif penayangan TV.
d) Semboyan, yaitu uangkapan ide
secara tegas, tepat dan tanpa hiasan bahasa atau kelengkapan sebuah klausa. Contoh:
Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh.
e)
Salam. Contoh: Selamat malam!
f) Inskripsi, yaitu kalimat minor tak
berstruktur yang berisi penghormatan atau
persembahan pada awal sebuah karya
(buku, lukisan dsb.). Contoh: Untuk para pahlawan Indonesia.
b) Kalimat mayor adalah kalimat yang terdiri atas
sekurang-kurangnya satu klausa bebas. Berdasarkan jumlah klausa yang terdapat
didalamnya, kalimat mayor dapat dibedakan atas:
1) Kalimat
majemuk subordinatif. Contoh : Polisi telah mengatakan bahwa penjahat itu
kabur.
(2) Kalimat
majemuk koordinat. Contoh: Aku belajar di kamar, dan ayah menonton televisi.
(3) Kalimat
majemuk rapatan. Contoh: Saya mengerjakan bagian depan, adik bagian belakang.
2) Berdasarkan
respons yang diharapkan, kalimat dibedakan atas :
a)
Kalimat pernyataan Contoh: Saya tidak membawa uang sama sekali.
b) Kalimat pertanyaan adalah kalimat
yang dibentuk untuk memancing respons yang
berupa
jawaban. Contoh: Siapa pemilik buku itu?
c) Kalimat perintah adalah kalimat yang dibentuk untuk
memancing responsi yang
berupa tindakan. Contoh: Marilah kita
berdoa bersama-sama!
18
3) Berdasarkan
hubungan aktor-aksi, kalimat dapat dibedakan atas :
a)
Kalimat aktif adalah kalimat yang subjeknya berperan sebagai pelaku. Subjek
kalimat aktif berperan sebagai perbuatan yang dinyatakan oleh predikat.
Predikat kalimat aktif tediri atas verba transitif dan verba intransitive.
Afiks yang digunakan dalam pembentukan kata yang berfungsi sebagai perdikat
kalimat aktif ialah meN- dan ber- yang dapat dikombinasikan
dengan -i atau -kan.
Contoh:
Ayah membelikan adik roti.
b)
Kalimat pasif adalah kalimat yang
subjeknya berperan sebagai penderita. Subjek dalam kalimat pasif berperan
sebagai penderita perbuatan yang dinyatakan oleh predikat kalimat tersebut.
Predikat
kalimat pasif terdiri atas verba verba yang berpredikat di- yang dapat
bekombinasi dengan sufiks -i dan -kan, beprefiks ter-, berkonfiks ke-an, dan
verba yang didahului oleh pronominal persona.
Contoh: Rotinya ditaburi keju.
c) Kalimat
medial adalah kalimat yang subjeknya berperan baik sebagai pelaku maupun
sebagai penderita perbuatan yang dinyatakan oleh predikat tersebut.
Contoh:
Jangan menyiksa diri sendiri.
d)
Kalimat respirokal adalah kalimat yang subjek dan objeknya melakukan sesuatu
pebuatan yang berbalas-balasan.
Contoh:
Dua bersaudara itu saling baku hantam.
4)Bedasarkan
ada tidaknya unsur negatif pada klausa utama, kalimat dibedakan atas :
a) Kalimat firmatif , yaitu kalimat yang berpredikat utamanya tidak tedapat unsur
negatif, peniadaan, atau penyangkalan.
Contoh: Di Ambalat diresmikan
monumen perbatasan.
b) Kalimat negative yaitu kalimat yang predikat
utamanya terdapat unsur negatif, peniadaan, atau penyangkalan, seperti tidak,
tiada (tak), bukan, jangan.
Contoh : Sedikitpun aku tidak berkata bohong.
19
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Dari uraian diatas dapat di simpulkan bahwa
sintaksis adalah secara etimologi
berarti: menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat.
Dan menurut para ahli adalah bidang tata bahasa yang
menelaah hubungan kata-kata dalam kalimat dan cara-cara menyusun kata-kata.
Konsep – konsep dasar sintaksis terdiri atas, Kontruksi, kontituen, fungsi ,
dan peran
Kontruksi Secara umum struktur sintaksis itu terdiri
dari susunan subjek (S), predikat (P), objek (O), dan keterangan (K). kontituen
Sintaksis
adalah menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat.
Untuk memahami struktur sintaksis, terlebih dahulu kita harus Mengetahui
fungsi, peran, dan kategori sintaksis. Fungsi kajian sintaksis terdiri dari
beberapa komponen. Diantaranya adalah subjek, predikat, objek, pelengkap dan
keterangan. Dalam memperjelas tentang hakikat dari subjek dan predikat, objek
dan pelengkap, serta keterangan. Peran sintaksis adalah merupakan Suatu kata
dalam konteks kalimat memiliki peran semantik tertentu.
Serta bagian – bagian dari sintaksis terdiri atas Frasa, klausa, kalimat. Frase adalah satuan gramatik yang
terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi. Klausa
adalah satuan gramatika yang terdiri dari subjek (S) dan predikat (P) baik
disertai objek (O), dan keterangan (K), serta memilki potensi untuk menjadi
kalimat.
3.2 SARAN
Dengan
adanya makalah ini penulis sangat mengharapkan kritik dan saran agar makalah
ini lebih baik dan bermanfaat untuk kita semua. Akhir kata saya ucapkan terima
kasih.
20
DAFTAR
PUSTAKA
Verhaar, J.W.M. 1979. Pengantar Linguistik Jilid I. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press
http://irwan-cahyadi.blogspot.com/2012/04/pengertian-filologi-dan-ilmu-bantu.ht
0 komentar:
Posting Komentar